Jumat, 05 Februari 2016

Dakwah pada Masa Umayyah Abasyah

Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiah berumur kurang lebih 90 tahun dan di zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman kedua khaifah terakhir dianjutkan.
Daulat ini resmi berdiri setelah terbunuhnya Marwan Ibnu Muahmmad (khalifah Bani Umayyah) di Fushat (Mesir) pada bulan Dzulhijjah 123 H. Akibat dari peperangan antara kekuatasn Abu Abbas melawan pasukan Marwan II pasukan Syiria pimpinan Marwan berhasil ditaklukan. Jatuhnya Syiria, khususnya jatuhnya Damaskus berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah.
Kekuasaan Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah di Damskus. Nama ini diambil dari nama pendiri Abdullah Al-Shaffah Ibnu Muhammad dan Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Kekuasaan dinasti ini berlangsung dari tahun 132 H-656H / 750 M- 1258 M.
Kelahiran dinasti Bani Abbas erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarka oeh aliran Syi’ah selama pemerintahan Bani Umaiyah merasa tertekan dan  tersingkir karena kebijakan yang di ambil oleh pemerintah.
DAKWAH PADA ZAMAN UMAYYAH DAN ABBASYIAH
  1. Dakwah Pada Masa Dinasti Umayyah (41-133 H / 661-750 M)
Kekuasaan bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Pusat pemerintahan yang semula berada di Madinah, di pindahkan oleh Mu’awiyah ke Damaskus. Selama masa itu, bani Umayyah di pimpin oleh khalifah sebagai berikut : Mu’awiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Yazid I (680-683 M), Mu’awiyah II (683-684 M), Marwan bin Hakam (684-685 M), Abdul Malik (685-705 M), Al Walid I (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), Yazid II (720-724 M), Hisyam (724-743 M) Al Walid II (743-744 M), Yazid III (744 M), Ibrahim (744 M), dan Marwan II (744-750 M).

  1. Membuka Wilayah Dakwah Baru
Perluasan dakwah di lakukan tiga kawasan, yaitu :
a. Asia kecil dan Negeri Romawi
Dalam hal ini kaum muslimin banyak menguasai kepulauan-kepulauan di kawasan ini. Kemudian mereka maju menuju Konstatinopel. Mereka mengepung kota ini selama tujuh tahun tetapi belum berhasil di takhlukkan
b. Kawasan Afrika Utara dan Andalusia
Uqbah bin Nafi’i r.a melanjutkan aktivitas dakwahnya pada masa Ustman bin Affan sampai mampu menundukkan Tharabulus Barat. Kemudian beliau bergerak ke selatan sampai negeri Sudan. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan hingga berhasil mendirikan kota Qoirowan tahun 50 H, dan kota ini di jadikan sebagai markas utama kaum muslimin. Kemudian beliau melanjutkan kegiatan nya hingga menembus pantai Samudera Atlantik dan di sana beliau syahid.
Kemudian Musa bin Nushair membuka kota Tonjah. Berikut nya tunduk pula kota Sabtah yang teretak di pantai Afrika. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, dakwah islam dan bahasa arab tersosialisasi di antara penduduk Barbar. Pada tahun 100 H, sepuluh ulama tabi’in di tugaskan oeh Umar bin Abdul Aziz untuk berdakwah di kawasan ini. Mereka menyebar di seluruh wilayah dan mereka diterima dengan sangat baik oleh masyrakat kawasan ini dan mayoritas masyarakat akhirnya memeluk islam.
Musa bin Nushair melanjutkan perjalanan menuju negeri Andalusia. Hasil nya Cordova, Granada, dan Thulaithilah menjadi markas kaum muslimin. Disini mereka membangun budaya ilmiah, pemikiran dan arsitektur selama lebih dari delapan abad.
Kaum muslimin juga meanjutkan perjalanan sampai menembus Perancis (dekat dengan kota Perancis) di bawah komando Abdurrahman A Ghafiqi tahun 112 H. Disinilah pertempuran Bilath Asy Syuhada’ terjadi (114 H), dan disini Abdurrahman al Ghafiqi mati syahid. Pasukannya akhirnya mundur setelah pertempuran panjang.
c. Kawasan Sind dan Negeri di Seberang Sungai
Gerakan dakwah di kawasan ini menempuh dua strategi, yaitu :
  • Di kawasan Timur Laut, yaitu negeri-negeri yang terletak di seberang sungai, atau negeri-negeri yang terletak di antara dua sungai, Jihun dan Sihun.
  • Di kawasan Tenggara, di daerah Sind, Muhammad bin al Qasim ats Tsaqafi berangkat menuju kawasan ini dengan menggunakan jalan darat dan laut.


  1. Dakwah di bidang Kajian dan Penulisan Ilmiah
Gerakan ilmiah pada masa dinasty Umayyah sangat gencar dan dapat di anggap sebagai toggak ilmu-ilmu keislaman buat masa berikutnya. Gerakan ilmiah ini selalu bersamaan dengan gerakan futuhat Islamiyyah. Setiap kali pasukan menundukkan negeri baru, selalu di tindak lanjuti oleh para ulama dengan mengajarkan fikih, syariah, hadis, tafsir. Mereka mengajarakan Isam dan menjelaskan kepada penduduk problematika yang dihadapi mereka.
Menyebarnya ulama ke berbagai negeri membuahkan gerakan ilmiah di negeri-negeri tersebut. Berdirilah kelompok-kelompok kajian danhalaqah-halaqah ilmuDalam halaqah ilmiah ini, semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk menimba ilmu seluas-luas nya.
Pakar sejarah menyebutkan tentang banyak nya mawali (istilah buat budak yang telah di merdekakan) yang memiliki kontribusi besar dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Umayyah.

  1. Memakmurkan Masjid dengan Kajian Keagamaan
Pada masa daulah bani umayyah, fenomena profesionalitas dalam dakwah sudah mulai kelihatan. Muncul kelompok – kelompok kajian dan halaqah-halaqah dakwah di masjid-masjid. Para ustad duduk di masjid dan di kelilingi oleh murid-murid. Model pengajaran saat itu adalah model halaqah. Besar kecil nya halaqah sangat tergantung kepada kadar kemampuan ustad yang menyampaikan ilmu nya.

  1. Pemurnian dan Penggalakan Berbabahasa Arab
Akibat angsung dari meluas nya negeri  islam adalah terjadinya kontak budaya antara masyarakat pendatang dengan penduduk asli. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan bahasa arab yang juga bahasa Al-Quran akibat kontak budaya tersebut, para ulama akhirnya berhasil meletakkan kaidah-kaidah bahasa arab. Pelopor dalam bidang ini adalah Abul Aswad ad Duali.

  1. Pengumpulan, Penulisan,  dan Peletakan dasar-dasar Metodologi Hadist
Perhatian masyarakat terhadap hadist amat tinggi pada masa daulah bani umayyah. Bentuk kepedulian tersebut di wujudkan dalam tiga kegiatan yaitu pengkajian, pengumpulan, dan pembukuan hadist. Perhatian terhadap hadist saat ini menempati posisi paling terdepan dalam bidang kajian ilmiah.
Pembukuan sunah pada masa ini merupakan upaya untuk memelihara sumber kedua dari ajaran Islam dari gerakan yang hendak merusak Islam dari asasnya.

  1. Bidang Hukum Islam
Pada masa Bani Umayyah, ijtihad dilakukan di awali dengan mengacu kepada khazanah yang telah di tinggalkan oleh para khulafaur Rasyidin. Mazhab fikih yang sempat belum lahir pada masa ini, meskipun para Imam Mujtahid, seperti Al Auza’i, Ibrahim an Nakha’i, ja’far ash Shodiq sudah mulai bermunculan. Baru pada masa akhir pemerintahan bani Umayyah dua imam mazhab muncul. Abu Hanifah (80 H-150) di Irak dan Imam Malik bin Anas (96 H-179 H) di Madinah. Imam Malik menulis kitab Muwattha’ yang sampai hari ini tetap menjadi rujukan daam bidang hadist dan fikih.

  1. Dakwah Pada Masa Dinasti Abbasiyyah (132 H-656 H)

  1. Periode Dinasti Abbasiyyah
Dinasti abbasiyyah didirikan oleh Abdullah as Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abbas. Dinamakan khalifah Abbasiyyah karena pendiri dan penguasa negeri ini adalah keturunan al Abbas paman Nabi saw.
Dinasti Abbasiyyah memerintah lebih dari lima abad, yaitu dari tahun 132 H-656 H. Berdasarkan golongan yang memerintah, dinasti Abbasiyyah di bagi dalam lima periode, yaitu :
a)      Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b)      Periode Kedua (232 H/847 M-334 H /9445 M), di sebut masa pengaruh Turki pertama.
c)      Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih daam pemerintahan Khalifah Abbasiyyah. Periode ini di sebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d)     Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyyah, biasa disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
e)      Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khlaifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannnya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.

  • Kedudukan  Khalifah Bani Abbasyiah
Khalifah dalam artian kepala pemerintahan. Pada masa Abbsyiah pemerintah bersifat monarchhi absoulut, artinya praktek kekuasaan khalifah tidak ada yang mengontrolnya. Dia sebagai kepala negara sekaligus menjadi kepala agama. Dengan demikian khaifah berfungsi sebagai pimpinan temporal dan sekaligus pimpinan spiritual. Berbeda dengan pemerintahan bani umayah, khalifah hanya memegang kekuasaan temporal dan kekuasaan spiritual dipegang oleh para ulama atau qhadi. Pada masa bani abbas, kekuasaan khalifah bertambah besar, otoriter dan absolut. Ini disebabkan oeh karena khalifah dianggap sebagai jabatan suci dan merupakan anugrah atau mandat dari Allah SWT yang merupakan hak keturunan Bani Abbas.
  1. Masa Keemasan
Dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan oleh Abu Abbas dan Abu Ja’far al-Mansur. Pada periode ini kekuasaan berada di tangan para khalifah di seluruh kerajaan Islam kecuali di Andalusia.
Setelah sendi-sendi negara kuat, muncullah masa keemasan pada tujuh khalifah berikutnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (785-786 M), Harun ar-Rasyid (786-809 M), al-Makmun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa al-Mahdi, perekonomian daulah Abbasiyah mulai meningkat dengan meningkatnya pendapatan dari sektor pertanian dan pertambangan. Puncak popularitas daulah Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya al-Makmun. Harun banyak memanfaatkan kekayaan negara untuk keperluan sosial. Negara Islam di masa Harun menjadi negara super poweryang tiada tandingannya.
Dan selanjutnya, pengganti Harun ar-Rasyid adalah anaknya, yakni al-Makmun. Pada masanya, Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dengan berdirinya “Bait al-Hikmah”.

  1. Masa Kemunduran
Dimulai sejak Abbasiyah diperintah oleh khalifah kesebelas, yaitu Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248 / 861-862) sampai khalifah terakhir, yakni Abu Ahmad Abdullah al-Mu’tashim (640-656 H). pada masanya, khalifah dan putra-putranya terus menikmati kedaulatan dan kemerdekaan, sampai akhirnya kaum Tatar yang dipimpin oleh Hulaku datang menyerang dan menaklukan dunia Islam serta memusnahkan kota Baghdad, membunuh khalifah dan menamatkan pemerintahan Abbasiyah pada tahun 656 H/1258 M.
Beberapa faktor yang menyebabkan daulah Abbasiyah mengalami kemunduran, diantara nya :
  • Adanya friksi dalam tubuh daulah Abbasiyyah.
  • Gaya hidup mewah dan foya-foya pada lingkungan pejabat dan keluarganya.
  • Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga mereka mudah di pengaruhi para pegawainya.
  • Banyak nya serangan-serangan yang di lakukan kaum salibis ke Palestina.
  • Serangan Mongol ke jantung kota Baghdad mengakhiri riwayat daulah Abbasiyyah.

  1. Kehidupan Dakwah di Masa Daulah Abbasiyyah
Dakwah pada masa ini dapat di bagi dalam dua level, yaitu : level negara dan penguasa dan level masyarakat.
1)      Level Negara dan Penguasa
Para khalifah Abbasiyah pada masa keemasan adalah juga seorang ulama yang sangat mencintai ilmu. Mereka memuliakan ulama dan pujangga, serta membuka pintu istana selebar-lebarnya untuk mereka.
Mendorong dan memfasilitasi upaya penerjemahan berbagai ilmu dari berbagai bahasa ke bahasa Arab, seperti filsafat, ilmu kedokteran, dan lain-lain.
Mendorong dan memfasilitasi pembaruan sistem pendidikan dengan munculnya Madrasah Nidzamul Muluk dan Madrasah Nidzamiyah di Baghdad.

2)      Level Masyarakat
Pada level masyarakat aktivitas keislaman tidak tidur, dan tidak terlalu terpengaruh oleh kelemahan dan kerusakan yang terjadi di level negara. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah penuh dengan kajian ilmiah. Masjid-masjid di Baghdad, Bashrah, Kuffah, dan lainnya dipenuhi oleh para ulama, penceramah, ahli hadits, dan lainnya. Para ulama pada masa ini memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar dalam pencerahan iman masyarakat, bahkan kadang-kadang mengalahkan pengaruh para khalifah.
Materi yang menonjol saat itu adalah tazkiyatun-nufus, peringatan tentang negeri akhirat, serta seruan agar tidak terpedaya oleh kehidupan dunia. Materi ini berpijak pada keadaan negeri yang waktu itu berada pada situasi yang bermewah-mewahan dan kemaksiatan yang terjadi di level penguasa. Di antara da’i yang paling terkenal adalah Ibnu Simak yang lebih dikenal dengan sebutan “wa’idz rasyid” (da’i yang bijak).
Meskipun ada kelemahan yang nyata di level pemimpin dan banyaknya penyimpangan agama, namun dengan rahmat Allah, gerakan dakwah berjalan terus dengan baik yang dilakukan oleh pribadi-pribadi maupun yang dilakukan oleh kelompok. Para da’i berangkat melaksanakan kewajibannya ke berbagai tempat, dan di antara hasilnya adalah masuk Islamnya sepertiga penduduk anak benua India dan masuk Islamnya penduduk negeri China dalam jumlah yang cukup besar.
Dan di antara kebanggaan yang dicapai pada periode ini adalah munculnya imam-imam madzhab yang empat, ulama hadits, dan pakar-pakar nahwu yang peranannya sangat dirasakan oleh masyarakat zaman itu sebagai pengabdian yang murni untuk Islam

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com