Jumat, 05 Februari 2016

Memuliakan anak yatim

Kisah berikut ini patut kita renungkan. Adalah Pak Syarif, lelaki tua yang bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Brunei Darussalam. Di sana, ia bekerja sebagai tukang potong rambut di sebuah perumahan. Pekerjaan yang sudah ditekuni salama 15 tahun itu tidak membuatnya terikat dengan satu rumah saja, sehingga ia dengan leluasa bergaul dengan sesama TKI.

Salah satu aktivitasnya adalah mengkoordinir beberapa kawan TKI untuk menyisihkan sebagian rezekinya. Setahun sekali ia menyumbangkan dana yang terkumpul ke beberapa pesantren di pulau Jawa. Pemahaman agama Pak Syarif cukup baik. Maklumlah, ia salah satu alumni di sebuah pesantren di Kediri, Jawa Timur. Istrinya seorang hafizah, penghafal Qur’an tiga puluh juz. Subhanallah! Tak mengherankan bila banyak orang bertandang ke rumahnya untuk bertanya mengenai agama.


Menurut beberapa orang yang mengenal, Pak Syarif seorang yang biasa-biasa saja, artinya ketika berbicara soal Islam, ia tidak muluk-muluk. Suatu hari, Pak Syarif berujar pada salah satu rekannya yang akan kembali ke Indonesia.”Kalau kamu nanti sudah sampai di Tanah Air, carikan saya anak yatim ya…!

Kalimat itu membuat rekannya kaget. Dalam hati ia berkata, “Belum pernah saya bertemu orang yang akan menghidupi anak yatim. Kalau orang yang mencari dana untuk anak yatim sih sering,”

Belakangan diketahui bahwa dengan hasil usahanya di negeri seberang itu, Pak Syarif telah membeli tanah, ladang dan sawah di kampung halamannya di Ngawi, Jawa Timur. Ia juga telah membeli mesin penggiling padi dan mesin pembuat tahu yang di kelola saudara-saudaranya. “Saya mempunyai cita-cita membuat semacam pesantren dan usaha untuk anak yatim. Alhamdulillah, hasil sawah, ladang, usaha penggilingan, insya Allah sudah bisa menghidupi lebih seratus anak yatim.”

Allahu Akbar, cerita itu sungguh menggetarkan sanubari rekan Pak Syarif, ia tidak menyangka bapak tua yang bertampang sangat ndeso itu memiliki tujuan mulia. “Saya ingin membangun rumah di Surga,” tutur Pak Syarif lirih kepadanya. Karena itu, si rekan pun dengan antusiasnya berujar, “Ya, saya siap membantu!”

Hati siapa yang tidak bergetar melihat apa yang diperbuat Pak Syarif. Di balik sosoknya yang sederhana menyimpan akhlak yang sangat mulia. Pak Syarif adalah segelintir orang yang berkeras untuk mengoptimalkan kerja tubuhnya (berjihad) dan kerja hati (ikhlas) untuk menggapai apa yang diimpikan oleh setiap muslim, yakni mencari ridha Allah dan meniatkan diri untuk membeli surga.

Mari kita bercermin dari sikap Pak Syarif, sudahkah kita mengikutinya? Sudahkah kita mengalokasikan rezeki kita untuk mereka, anak-anak yatim yang mulia? Syukurlah jika kita sudah melakukannya atau berniat untuk mengikutinya.

Berbuat baik terhadap anak yatim adalah salah satu misi terpenting dalam Islam. Al-Qur’an membahas masalah ini sebanya 23 kali. Bahkan tanda bahwa orang tersebut benar imannya adalah berbuat baik kepada anak yatim (lihat QS. Al-Baqarah: 177).

Banyak bencana terjadi di negeri kita, seperti tsunami, gempa, banjir, tanah longsor dan beberapa kecelakaan transportasi yang merenggut banyak korban jiwa. Ratusan anak kehilangan orang tuanya. Mereka tidak hanya membutuhkan dana untuk menggapai masa depan, tapi yang tak kalah pentingnya adalah mereka juga butuh perhatian dan kasih sayang.

Memang, lembaga pemerintah dan swadaya masyarakat membuat panti-panti mengasuh anak-anak tersebut. Namun, mereka sejatinya membutuhkan rumah dan keluarga untuk menggantikan yang telah terenggut dari mereka.

Rasulullah mengingatkan, “Sesungguhnya seorang laki-laki mengeluh kepada Nabi saw. Karena hatinya yang keras. Nabi berkata, ‘Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin’.” (HR.Ahmad).

Sungguh pahala yang luar biasa akan diberikan kepada mereka yang memelihara dan merawat anak yatim. ”Orang-orang yang memelihara anak yatim dijamin masuk surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah.”(HR. Muslim).

Hadits tersebut menunjukan betapa besarnya pahala yang diterima bagi mereka yang memelihara anak yatim dengan penuh kasih sayang. Hadits yang lain menyebutkan bahwa pangkal keluarga yang selalu diterangi dengan kegembiran, kehangatan dan keharmonisan adalah rumah yang didalamnya terdapat anak yatim.

“Dan seburuk-buruknya rumah kaum muslimin adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.”(HR. Ibnu Majah)

Peringatan Rasulullah saw Itu benar terjadi. Kita tidak bisa menutup mata, banyak sekali peristiwa di mana anak yatim diperlakukan dengan tidak semestinya, menghardik, berlaku sewenang-wenang, diperlakukan dengan kasar, bahkan harta mereka diambil. Merekalah yang di dalam Al-Qur’an digolongkan sebagai pendusta agama

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com