Jumat, 05 Februari 2016

Perang Taif

Beberapa golongan yang berhasil
melarikan diri dari perang Tsaqif
menuju ke Thaif, di mana mereka
membangun benteng, menutup kota Thaif dari semua penjuru,
mereka kumpulkan segala macam
keperluan dan bahan didalamnya
yang cukup untuk masa satu
tahun, lalu mereka bersiap untuk
berperang lagi. Rasulullah saw bergerak menuju
Thaif, berhenti dekat Thaif
dengan pasukan beliau. Pasukan
Rasulullah saw mencuba
memasuki kota Thaif tetapi tidak
sanggup kerana langsung mendapat serangan panah yang
hebat dari penduduk Tsaqif.
Mereka memang terkenal satu
ahli panah dan berani.
Mengepung Ta'if
Rasulullah saw memindahkan
kedudukan pasukan beliau ke
tempat lain, langsung mengepung
Thaif selama 20 malam atau lebih
dari serangan yang hebat. Anak panah kedua pasukan saling
berdengung di udara menuju
sasaran masing-masing. Buat
pertama kali Rasulullah saw
menggunakan alat manjanik (alat
untuk melemparkan batu atau benda keras dalam perang)
Petempuran semakin menghebat
sehingga banyak diantara kaum
Muslimin terbunuh kerana anak
panah.
Rahmat Di Medan Perang
Setelah kepungan diperketatkan
dan perang masih makan waktu
yang lama, Rasulullah saw lalu
memerintahkan memotongi pohon
anggur bangsa Tsaqif, sedangkan penghidupan mereka bergantung
pada hasil perkebunan anggur
itu. Orang ramai terpaksa
memotongnya dengan perasaan
berat, lalu mereka mohon
kepada Rasulullah saw agar pohon-pohon itu dibiarkan untuk
Allah dan rahmat. Maka Rasulullah
saw menjawab dengan berkata,
"Saya membiarkan pohon-pohon
itu untuk Allah dan rahmat." Seorang penyeru diperintahkan
Rasulullah saw untuk berseru
bahawa barang siapa yang takut
bertahan dalam benteng lalu
keluar maka ia akan bebas.
Mendengar seruan itu, maka keluarlah beberapa belas orang
lelaki, di antaranya Abu Bikrah.
Mereka semuanya dibebaskan
oleh Rasulullah saw dan dijamin
segala keperluan hidupnya
kepada Muslimin yang mampu. Sikap Rasulullah saw benar-benar
berhasil dapat melemahkan
perlawanan penduduk Thaif yang
masih bertahan (melawan).
Kepungan Di Hentikan
Rasulullah saw tidak mengizinkan
untuk merebut Thaif. Umar bin
Khattab ra diperintahkan untuk
memaklumkan agar pasukan
meninggalkan tempat
pengepungan, atau mundur. Perintah ini menimbulkan rasa
terkejut pada pasukan Islam.
Mereka berkata, "Apakah kita
akan meninggalkan tempat ini,
sedang kota Thaif belum kita
rebut?" Mendengar suara itu, Rasulullah saw mengubah
keputusannya, lalu
memerintahkan agar serbuan
diteruskan. Dalam petempuran ini
banyak kaum Muslimin mendapat
cedera. Rasulullah saw berkata kepada mereka, "Kita akan
mengakhiri petempuran ini besok
pagi insya Allah." Mendengar
ucapan Rasulullah saw yang
demikian itu semua orang
menjadi gembira, mereka mempersiapkan unta untuk
berangkat pulang, lalu berangkat
bersama Rasulullah saw sedang
Rasulullah saw sendiri ketawa.
Tawanan Perang Hunain Dan Rampasannya
Rasulullah saw berhenti di
Ja'ranah bersama pasukannya
untuk mengurusi tawanan dan
rampasan perang Hawazin.
Rasulullah saw tidak terburu-
buru mengurusnya, sekalipun banyak kaum Muslimin sudah
berdatangan. Ada belasan malam
lamanya mengurus semua itu. Rasulullah saw mulai mengurus
harta rampasan dan membahagi-
bahagi harta itu. Yang pertama-
tama mendapatkan pembahagian
ialah orang-orang yang masih
muallaf (yang baru saja masuk agama Islam). Di antaranya ialah
Abu Sufyan Bin Harab dan kedua
anaknya, Yazid dan Muawiyyah.
Juga diberikan Hakiim Bin
Hazzaam, An-Nadlar Bin Al-
Haarist, Al-'Ullaa' Bin Al- Haaritsah dan lain-lain semuanya tergolong
orang-orang penting Quraisy.
Mereka lebih diutamakan dan
dibanyakkan pembahagiannya.
Kemudian dibagi rata kepada
yang lain-lain.
Mencintai Anshar Dan Pengorbanannya
Kerana yang dipentingkan dan
dibanyakkan dalam
pembahagiaan itu ialah terhadap
suku Quraisy dan orang-orang
muallaf yang baru saja memeluk
agama Islam, sedang golongan Anshar hanya mendapat
pembahagian yang amat kecil
(sedikit sekali) maka
terdengarlah omelan pemuda-
pemuda Anshar. Setelah
mendengar omelan itu, Rasulullah saw mengucapkan pidato yang
agung yang menitiskan air mata
mereka, sehingga golongan
Anshar menitiskan air mata
mereka, rasa cinta dan kasih
mereka terhadap Rasulullah saw semakin mendalam. Di antara
yang diucapkan Rasulullah saw
dalam khutbah beliau yang agung
itu ialah, "Bukankah saya datangi
kamu masih sesat, lalu Allah
memberi petunjuk kepadamu dengan perantaraanku, kamu
masih melarat, lalu Allah kayakan
kamu dengan perantaraanku,
kamu hidup saling bermusuhan,
lalu Allah lunakkan hati-hati kamu
sehingga kamu sehingga kamu hidup saling mencintai
(bersaudara)?" Mendengar
ucapan Rasulullah saw itu mereka
serentak menjawab, "Sungguh
Allah dan Rasul-Nya lebih
tersayang dan berkebajikan." Setelah mereka diam, Rasulullah
saw berkata, "kenapa kamu
tidak menjawab wahai kaum
Anshar?" mereka serentak
menjawab, "Apakah lagi yang
dapat kami jawabkan kepada engkau ya Rasulullah? Bagi Allah
dan Rasul-Nya-lah segala rasa
kasih sayang dan kemuliaan."
Berkata Rasullah saw, "Sungguh
demi Allah, sekiranya kamu
mengatakan kepadaku: Engkau datang kepada kami dalam
keadaan dibohongi oleh kaummu
(Quraisy), maka kamilah yang
membenarkan ajaranmu, engkau
datang dalam keadaan lemah,
maka kamilah yang menolongmu, engkau datang terusir, kamilah
yang memberi tempat kepadamu,
engkau datang dalam keadaan
melarat, kamilah yang melengkapi
segala keperluan hidupmu,maka
semua yang kamu ucapkan itu adalah benar, aku tetap
membenarkan akan ucapan kamu
itu." Kemudian dengan ucapan yang
diucapkan dengan penuh
perasaan, mengandung
ketetapan hati, pengarahan,
beliau terangkanlah apa
hikmatnya beliau membagi-bagi harta rampasan perang itu tidak
dengan sama banyak. Berkata
Rasulullah saw, "Apakah ada
dalam hatimu masing-masing
wahai kaum Anshar perasaan
mementingkan dunia terhadap diriku, bila aku dalam
pembahagian ini mementingkan
orang-orang muallaf agar kuat
keislaman mereka, dan saya
menganggap bahawa kamu sudah
cukup dengan Islammu sahaja?" Akhirnya Rasulullah saw
mengucapkan satu kalimah yang
beliau tidak kuat menahan diri
dari mengucapkannya, satu
kalimah yang menyempurnakan
keimanan dan memerkahkan kembangnya dan memerkahkan
kembangnya di hati masing-
masing mereka. Berkata
Rasulullah saw, "Tidakkah kamu
puas (lega)ya kaum Anshar bila
mereka pulang ke Mekkah membawa kambing, unta dan
harta, sedang kamu pulang
kemadinah dengan membawa
Rasulullah saw? Demi Yang
Memegang jiwa Muhammad
dengan Tangan-Nya, apa yang kamu bawa pulang lebih baik dari
apa yang mereka bawa pulang.
Kalau tidaklah kerana hijrah, aku
akan menamakan diriku golongan
Anshar. Bila manusia berjalan
menempuh satu jalan dan wadi, sedang orang Anshar juga
berjalan menempuh satu jurusan
dan wadi, aku pasti menempuh
jurusan dan wadi yang ditempuhi
orang Anshar. Al-Anshar adalah
syiar (selimut). Ya Allah, cintailah Anshar, dan anak-anak orang
Anshar dan anak-anak dari dari
anak-anak orang Anshar." Mendengar ucapan Rasulullah
saw yang terakhir ini, semua
orang Anshar tidak dapat
menahan tangis mereka, mereka
sama menguraikan air mata, lalu
berkata serentak, "Kami redha dengan Rasulullah saw dengan
pembagian dan apa yang ia
lakukan.
Semua Tawanan Di Kembalikan Hawazin
Datang perutusan Hawazin
kepada Rasulullah saw terdiri
atas 14 orang lelaki dan meminta
agar semua tawanan dan harta rampasan dikembalikan kepada
mereka. Maka berkata Rasulullah
saw, "Yang ada beserta saya
apa yang kamu lihat, perkataan
yang paling aku senangi ialah
yang lebih benar, mana yag lebih kamu senangi, isteri-isteri dan
anak-anakmu atau harta
bendamu?, " Mereka menjawab,
"Anak-anak dan isteri-isteri tidak
dapat kami samakan dengan
satu yang lain apapun." Mendengar ucapan mereka itu,
Rasulullah saw berkata kepada
mereka, "Bila aku selesai
mengerjakan solat pagi,
hendaklah kamu berkata, "Kami
minta bantuan Rasulullah saw kepada orang-orang beriman
dan kami minta bantuan orang-
orang beriman kepada Rasulullah
saw agar dapat dikembalikan
kepada kami akan orang kami
yang tertawan." Setelah Rasulullah saw selesai
mengerjakan solat pagi, mereka
semua berdiri dihadapan
Rasulullah saw dan berkata
sebagai mana yang telah
ditunjukkan itu. Kemudian Rasulullah saw berkata kepada
mereka, "Semua tawanan yang
telah diperuntukkan bagiku dan
keluarga Bani Abdul Muthalib
kami kembalikan kepada kamu,
dan saya akan minta orang lain juga berlaku demikian." Setelah mendengar ucapan
Rasulullah saw yang demikian itu,
maka seluruh Muhajirin dan
Anshar berkata, "Semua
tawanan yang sudan
diperuntukkan bagi kami, kami serahkan kepada Rasulullah saw."
Ada tiga orang yang enggan
menyerahkan tawanan yang
sudah diperuntukkan bagi
masing-masing mereka, iaitu dari
Bani Tamiim, Bani Fazaarah dan Bani Sulaim. Lalu Rasulullah saw
berkata kepada mereka,
"Mereka datang sebagai orang
yang sudah masuk Islam
(Muslimin), saya sudah santuni
mereka dan suruh pilih anak isteri atau harta, mereka tidak
dapat mengganti anak isteri
mereka dengan apa jua pun.
Maka barang siapa yang telah
kebagian, hendaklah
mengembalikan tawanan itu kepada mereka, maka demikian
itulah yang baik, tetapi siapa
yang masih ingin menahan
haknya, maka hendaklah
dikembalikan kepada mereka dan
baginya akan mendapatkan enam kali tebusan, dimulai sejak ia
mendapatkan pampasan." Maka berkata orang banyak,
"Kami setuju dengan keputusan
Rasulullah saw." Lalu berkata
Rasulullah saw, "Kami tidak tahu
siapa yang redha antara kamu
dan siapa yang tidak redha, maka kembalilah kamu, sampai
datang menyampaikan kepada
kami akan urusan kamu dengan
perantaraan orang-orang
mengetahui akan keadaan
masing-masing kamu." Akhirnya seluruh mereka menyerahkan
semua anak-anak dan isteri-
isteri yang tertawan itu kepada
suami dan orang tua mereka
masing-masing. Tidak seorang
pun yang menahannya. Rasulullah saw. Lalu memakai masing-masing
tawanan itu dengan pakaian
katun qibthiyyah.
Kehalusan Dan Kepemurahan
Diantara tawanan yang telah
mereka serahkan kepada
Rasulullah saw ialah Asy-Syimaa'
Binti Halimah As-Saadiah, saudara
perempuan susuan dengan
Rasulullah saw sendiri. Pernah Ash-Syimaa' ini diperlakukan
secara kasar di pasar kerana
tidak mengetahui siapa yang
sebenarnya ia, lalu Ash-Syimaa'
berkata kepada mereka,
"Tahukah kamu, demi Allah saya ini adalah perempuan sesusuan
dari sahabatmu (Muhammad).
Orang banyak mulanya tidak
membenarkan omongannya,
sampai mereka membawanya
kehadapan Rasulullah saw sendiri. Setelah Asy -Syimaa' bertemu
dengan Rasulullah saw, langsung
dia berkata, "Ya Rasulullah, saya
ini adalah saudaramu perempuan
sesusuan." Berkata Rasulullah
saw, "Adakah tandanya?" Berkata Asy-Syimaa' "Ada, iaitu
bekas gigitan gigimu di
punggungku, iaitu disaat aku
menggendongmu dipunggungku." Setelah Rasulullah saw
menyaksikan sendiri tanda
tersebut, beliau membentangkan
akan selendang beliau di atas
tanah untuk diduduki oleh Asy-
Syimaa' sebagai perlakuan istomewa baginya, lalu berkata
kepadanya, "Bila engkau suka,
maka tinggallah bersamaku
sebagai orang yang dicintai dan
dimuliakan, tetapi jika engkau
lebih suka kembali kepada kaum engkau, saya akan hiburkan
engkau (dengan hadiah-hadian)."
Asy-Syimaa' menjawab,
"Hiburkanlah saya dan
kembalikanlah saya kepada
kaumku." Rasulullah saw menghiburkannya
dengan berbagai hadiah, dan
disaat itulah Asy-Syimaa'
menyatakan keislamannya.
Rasulullah saw memberikannya 3
orang budak lelaki dan seorang budak wanita, hadiah-hadiah dan
beberapa ekor kambing.
Umrah Ja'ranah
Setelah Rasulullah saw selesai
dengan semua urusan perang
Hunain, iaitu membagi-bagi
tawanan dan rampasan perang
di Ja'narah, iaitu sebuah kampung jarak satu marhalah
dari Mekkah, dan Ja'ranah itulah
miqat (tempat di mana semua
orang yang Umrah dan haji harus
mengenakan pakaian ihram, atau
boleh dikatakan batas tanah haram) bagi penduduk Thaif, lalu
Rasulullah saw memakai pakaian
ihram untuk mengerjakan ibadat
Umrah. Sesudah berumrah beliau
kembali ke Madinah. Dan itu
adalah pada bulan Dzul Qaidah tahun 8 Hijriyah.
THAI'UUN IA KAARIHUUN (DENGAN PENUH KETAATAN BUKAN TERPAKSA).
Ketika kaum Muslimin berangkat
meninggalkan Thaif menuju
Madinah, Rasulullah saw berkata kepada mereka:
Ertinya: "Ucapkanlah: Kami
kembali, bertaubat, beribadat
menyembah Tuhan kami dan
memuji." Ada yang berkata, "Hai RAsulullah
saw, doakanlah kepada Allah
atas Thaif." Rasulullah saw lalu
berdoa:
Ertinya: "Ya Allah, tunjukilah
Tsaqif dan datangkalah mereka. Tiba-tiba datang menyusul
'Urwah Bin Mas'uud Ats-Tsaqafy,
lalu menemui Rasulullah saw
sebelum memasuki kota Madinah.
Dan di saat itulah ia masuk Islam.
'Urwah ini adalah seorang yang di cintai oleh penduduk Tsaqif,
mempunyai kedudukan
dikalangan mereka. Tetapi ketika
ia datang menyeru kaumnya
untuk menganut Islam, dan
menyatakan kepada mereka bahawa dia sendiri telah masuk
agama Islam,mereka langsung
memanahnya dengan anak
panah, sehingga ia terbunuh
sebagai seorang Syahid. Tsaqif di biarkan berapa bulan
lamanya sesudah terbunuhnya
'Urwah Bin Mas'uud Ats-Tsaqafy,
kemudian mereka berebut dan
memutuskan bahawa mereka
tidak akan mampu memerangi bangsa Arab sekitar mereka
yang telah masuk agama Islam
dan beribadat. Mereka lalu
memutuskan akan mengirim
utusan untuk menemui Rasulullah
saw di Madinah.
Tidak Ada Kompromi Dengan Keberhalaan
Mereka bersama-sama
mendatangi Rasulullah saw. Untuk
mereka dibangunkan sebuah
kubbah di dekat masjid untuk tempat mereka. Lalu mereka
semuanya menyatakan masuk
Islam. Mereka minta kepada
Rasulullah saw agar bagi mereka
di biarkan patung Al-Laata
selama 3 tahun jangan diruntuhkan. Permintaan ini di
tolak oleh Rasulullah saw. Lalu
mereka minta agar dibiarkan
selama satu tahun saja. Ini pun di
tolak oleh Rasulullah saw.
Akhirnya mereka minta agar dibiarkan satu bulah saja. Namun
Rasulullah saw tetap menolaknya,
bahkan langsung Rasulullah saw
memerintahkan kepada Abu
Sufyan Bin Harb dan Al-Mughirah
Bin Sya'bah, keduanya termasuk kaum mereka sendiri, untuk
meruntuhkan Al-Laata tersebut.
Kemudian mereka minta diizinkan
tidak mengerjakan solat. Maka
berkata Rasulullah saw:
Ertinya: "Tidak ada kebaikan beragama tanpa mengerjakan
solat." Akhirnya mereka kembali ke
kampung halaman mereka yang
disertai oleh Abu Sufyan Bin Harb
dan Al-Mughirah Bin Sya'bah. Al-
Mughirah langsung meruntuhkan
Al-Laata. Akhirnya Islam tersebar di seluruh Thaif. Seluruh
penduduk Thaif masuk Islam.
KA'AB BIN ZUHAIR MASUK ISLAM.
Ka'ab Bin Zuhair, seorang penyair
anak penyair yang sering
mencaci Rasulullah saw dengan
syairnya, merasa bahawa dunia
ini menjadi sempit baginya. Bahkan dirinya sendiri menjadi
sempit pula. Saudaranya
bernama Bujair menyusulkan
kepadanya agar dia mendatangi
Rasulullah saw untuk bertaubat
dan menyatakan diri masuk Islam. Diterangkan akan bahaya yang
dihadapinya bila usulnya ini tidak
dilaksanakan. Ia mencipta satu
qasidah (kata bersajak) memuji
Rasulullah saw. Qasidah ini
menjadi popular dengan nama: "Qasidah Baanat Su'aadu." Akhirnya ia berangkat ke
Madinah, pagi-pagi menemui
Rasulullah saw di kala Rasulullah
saw mengerjakan solat subuh,
lalu duduk dihadapan beliau
dengan meletakkan tangannya diatas tangan Rasulullah saw.
Rasulullah saw tidak
mengenalnya. Lalu ia berkata
kepada Rasulullah saw, "Sungguh
Ka'ab Bin Zuhair datang mohon
perlindungan dengan bertaubat dan menyatakan dirinya masuk
Islam, maka dapatkah engkau
menerimanya?" Seorang
penduduk Anshar meloncat dan
berkata, "Ya Rasulullah saw
izinkan saya berduel dengan musuh Allah ini, biar aku pukul
kuduknya." Rasulullah saw
berkata, "Biarkan dia, dia datang
bertaubat membersihkan
dirinya." Ka'ab langsung
membacakan qasidahnya, yang awalnya: Membayangkan bagaimana
sedihnya ditinggalkan kekasih.
Disambungnya dengan sebuah
syair memuji Rasulullah saw:
Ertinya: "Sungguh Rasul itu sinar
yang terang cemerlang, juga sebagai salah satu pedang Allah
yang terhunus." Maka Rasulullah saw membuka
selendang beliau
menyerahkannya kepada Ka'ab
tanda penghargaan beliau.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com