Nabi Hud diutus ke tengah-tengah kaumnya yang sangat durhaka. Mereka adalah suku Aad yang berbadan kuat dan besar-besar. Kaum Aad dikaruniai tanah yang subur lengkap dengan sarana irigrasi yang baik. Air seolah memancar dari segenap penjuru untuk menyirami dan menyuburkan tanah pertanian dan perkebunan mereka. Berkat karunia Allah ini, merka hidup makmur, mereka dapat membangun tempat tinggal yang indah dan megah. Dalam waktu singkat mereka berkembang pesat dan menjadi suku terbesar di antara suku-suku lainnya.
Adalah kecenderungan manusia selalu lalai, bila kemakmuran dan kemewahan sudah tercapai mereka lupa diri dan hanya memperturutkan hawa nafsunya yang tak kenal puas. Bukan Allah yang mereka sembah melainkan berhala yang bernama “Shamud”, “Shada” dan ”Al Haba”. Bangsa Aad terkenal paling durhaka pada zaman itu. Mereka hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman. Kejahatan dan kemaksiatan mereka benar-benar sangat keterlaluan.
Ajakan Nabi Hud kepada Kaumnya
Nabi Hud adalah seseorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun cerdas dan tegas. Beliau adalah keturunan Sam bin Nuh (cucu Nabi Nuh AS) (Baca juga Kisah Nabi Nuh AS dan Kaumnya Yang Durhaka). Beliau diutus ke tengah-tengah kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Mengembalikan umat yang tersesat dan bergelimang dosa menuju jalan yang terang benderang di bawah ampunan Allah.
“Wahai Kaumku, kalian telah menempuh jalan yang keliru dan sesat. Batu-batu berhala yang kalian sembah tidak bias berbuat apa-apa. Tidak mampu memberikan kebaikan maupun kemelaratan. Hanya Allah yang pantas kita sembah, Dialah yang memberikan reziki berlimpah ruah sehingga kalian dapat hidup makmur di muka bumi ini. Allah yang menghidupkan kita dan mematikan kita. Ingatlah, Allah akan menghidupkan kita kembali di akhirat guna mempertanggung jawabkan perbuatan kita di muka bumi. Siapa yang beramal baik akan mendapat pahala surga yang penuh dengan kenikmatan. Sebaliknya siapa yang berbuat jahat dan kemaksiatan akan menerima siksa dan penghinaan.”
Ajakan Nabi Hud ini malah dilecehkan oleh kaumnya. Mereka berkata : “Mana bias oang yang sudah mati akan dihidupkan kembali itu hanya omong kosong dan bualanmu saja. Orang hidup hanya sekali. Susah senang ya hanya di muka bumi ini saja, kalau sudah mati ya sudah tidak ada urusan lagi. Mereka bahkan berani mencerca Nabi Hud. Dan perbuatannya makin keterlaluan. Kemaksiatan merajalela, mereka tidak mau menerima Nabi Hud sebagai utusan Allah bahkan mengejeknya sebagai orang yang bodoh tidak berakal.
Allah menurunkan adzab atas kedurhakaan mereka. Bangsa Aad kemudian ditimpa musim kemarau panjang selama tiga tahun. Tak ada setetes hujan sama sekali dalam kurun waktu itu. Rusaklah lahan pertanian dan perkebunan yang mereka bangga-banggakan selama ini. Bahaya kelaparan mengancam dimana-mana. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berkenan memberikan peringatan kepada kaumnya : “Hai kaumku, mohon ampunlah engkau kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya. Niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.
Tapi peringatan Nabi Hud itu malah ditentang keras oleh mereka : “Hai Hud ! Kamu tidak akan meninggalkan suatu bukti yang nyata dan kami sekali-kali tidak akan meniggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu. Kami sama sekali tidak akan mempercayai kamu !” Memang hanya sedikit dari kaum Aad yang mau beriman dan menjadi pengikut Nabi Hud. Selebihnya mereka tetap dalam kekufuran dan kedurhakaan. Allah menyelamatkan Nabi Hud dan pengikutnya, sebaliknya kaum Aad yang durhaka ditimpa adzab berupa angin yang sangat dingin lagi kencang selama tujuh malam delapan hari.
Akibatnya sungguh mengerikan. Angin kencang itu mampu merobohkan bangunan-bangunan gedung yang menjulang dan membinasakan hewan ternak serta kaum Aad yang ingkar. Semua berantakan, tak seorang pun dari kaum yang durhaka itu tertinggal. Semua rata dengan tanah. Itulah adzab bagi mereka yang mendustakan utusan Allah.
0 komentar:
Posting Komentar