Allah swt telah berfirman dalam surat al-Isra ayat 79 Yakni pada sebagian malam hari bersembahyang tahajud kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-Mu mengangkat kamu ke-maqaman mahmudan (tempat yang terpuji).
Harapan Tempat Terpuji
Harapan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia ia tidak pernah bisa dilepaskan dari denyut kehidupan manusia itu sendiri. Dengan harapan manusia dapat tumbuh menjadi mahluk yang dinamis, dengan harapan manusia dapat menjalani hidupnya secara lebih bermakna. Dan dengan harapan pula, manusia dapat menapaki hidupnya, sehingga hidup yang dijalaninya menjadi lebih hidup.
Meski toh harus diakui dan telah menjadi hukum alam (Sunnatullah) tersendiri bahwa apa yang diharapkannya belum tentu sejalan dengan apa yang terjadi. Tidak saja di dunia, di akhirat pun manusia tidak pernah nilai dari harapan-harapannya. Bahkan justru (di kampung akhirat) manusia mempertaruhkan segala harapannya di hadapan Allah swt dengan harapan Allah dapat mengampuni segala kesalahan yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia. Terlebih mereka akan tinggal di sana untuk selama-lamanya diakhirat. Karena itu pula tak berkelebihan jika kehidupan di akhirat sehingga al-Qur’an itu di posisikan sebagai salah satu kehidupan yang lebih baik dari pada kehidupan di dunia sekarang.
Pada titik inilah shalat tahajud menjadi penting artinya sebab shalat tahajud itu adalah menjadi ibarat “gerbong lokomotif” untuk meraih kedudukan yang terpuji (muqaman mahmudan) disisi-Nya. Maqaman mahmudan (tempat yang terpuji) itu menjadi penting artinya karena di akhirat kelak manusia betul-bertul akan membutuhkan pertolongan, dimana di hari itu tidak ada seorang pun yang akan bisa memberikan pertolongan kecuali Allah Swt. Baca juga Mengapa Shalat Di Awal Waktu
Dalam hal ini salah satu menyebutkan bahwa di hari kiamat nanti, setelah manusia dibangkitkan kembali dari alam kubur dan ketika mereka berada di Padang Mahsyar, terik matahari menyengat dengan panasnya. Keringat manusia bercucuran tak terbendung sampai-sampai ada diantara mereka yang keringatnya hampir menenggelamkan badannya sendiri. Keringat yang mengucur deras itu dari tubuh mereka itu sekaligus menjadi bukti atau tanda akan besarnya dosa-dosa yang telah dilakukan atau diperbuatnya selama masa hidupnya di dunia.
Tak pelak rasa takut menyelimuti jiwa setiap orang, pada situasi yang sangat mencekam di Padang Mahsyar itulah Allah swt menunjukkan secara nyata betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad saw di sisi-Nya. Ketika itu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, manusia saling memandang. Mereka mencari siapakah gerangan yang dapat diandalkan untuk bermohon kepada Allah swt, agar situasi yang mencekam dan sengatan matahari itu dapat dielakkan. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa as, tetapi semua nabi mulia itu menolak dan menyebut dosa masing-masing sambil berkata.”Nafsi-Nafsi” (diriku sendiri diriku sendiri).
Akhirnya “petualangan” mereka di Padang Mahsyar berkunjung kepada Nabi Muhammad saw, beliau menerima permohonan mereka dan bermohon setelah menyampaikan pujian kepada Allah swt, pujian yang belum pernah diucapkan sebelumnya, Allah swt memerintahkan beliau untuk mengangkat kepala sambil bermohon, maka beliau berkata singkat ”Oh Tuhan-Ku, Umat ku! Umat ku” (HR.Bukhari, Muslim dan lain-lain melalui Abu Hurairah).
Inilah yang kemudian disebut sebagai syafaat terbesar, dan inilah yang dimaksud dengan al-Maqam, al Mahmud (kedudukan yang mulia) yang dijanjikan dalam ayat diatas, inilah juga yang dimaksud oleh sabda Nabi saw yang menyatakan bahwa; ”Setiap Nabi mempunyai doa yang dikabulkan oleh Allah swt, mereka semua telah bergegas memohonkannya sedang aku menangguhkan permohonanku (sampai hari kemudian) untuk memohonkan syafaat bagi umatku.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kata Tahajjud itu sendiri merupakan isi mashdar dari fi’il madhi tahajjad. dari kata tahajjad itu di ambil dari kata hujad, yang berarti tidur. Al-Biqa’I mengartikan kata ini (tahajjad) sebagai meninggalkan tidur untuk melakukan shalat. Shalat Tahajjud dinamakan juga shalat Lail (malam), karena ia di laksanakan di waktu malam hari yang sama dengan waktu kita tidur. Ada juga memahami kata tersebut dalam arti bangun dan sadar sesudah tidur. Tahajjud kemudian menjadi nama shalat tertentu, karena yang melakukannya bangun dari tidurnya untuk melaksanakan shalat tersebut.
Apakah shalat tahajjud harus dilaksanakan sesudah tidur! “Jika anda memahami kata Tahajjud dalam pengertian bangun sesudah tidur, maka shalat dimaksud baru memenuhi syarat jika dilaksanakan setelah yang bersangkutan tidur”.
0 komentar:
Posting Komentar